Halaman

jika dengan bermimpi aku dapat bertemu kamu tolong jangan pernah bangunkan aku dari tidur yang panjang

Senin, 28 Mei 2012

aku kamu dia-ku dan dia-mu

-Aku benci ketika setiap saat harus menganggap bahwaa dia adalah dirimu
-Aku benci ketika bermasanya tapi hatiku bersamamu
-Bagaimana mungkin aku cemburu ketika melihatmu bersamanya
-Apakah sekarang di hatimu, aku telah terganti olehnya?
-Bagaimana mungkin aku melukaiperasaan orang lain hanya karenamu?
-Tidak..aku tiak sanggup ketika dia tau bahwa hatiku masih saja milikmu
-Aku dan dia berbeda, Kau dan dia pun juga berbeda
-Pantaskah jika aku bermimpi "dia ku" dan "dia mu" bersatu
-Tuhan memang satu tapi cara kita menyembah ada banyak
-Bagaimana mungkin kita bersatu dengan orang yang salah?
-Bisakah kita bersama seperti dulu tanpa ada "dia ku" dan "dia mu"
(:

<i>*terinspirasi saat midtest.pemprograman 28 mei 2012 ruang 10 stmik indonesia* :)

Jumat, 20 April 2012

OSI


Model Referensi Osi

Contoh Aplikasi (Layer 7)
1.Telnet
Telnet Kepanjangan dari Telecommunications network protocol. Telnet adalah perintah user yang berdasarkan protokol TCP/IP untuk mengakses komputer dari jarak jauh (remote). Melalui Telnet, administrator atau user lain dapat mengakses komputer orang lain dari jarak jauh.
2.HTTP,
HTTP kepanjangan dari HyperText Transfer Protocol. HTTP adalah sebuah protokol untuk meminta dan menjawab antara client dan server.
3.FTP
FTP kepanjangan dari File Transfer Protocol.  FTP adalah sebuah protokol Internet yang berjalan di dalam lapisan aplikasi yang merupakan standar untuk pentransferan berkas (file) komputer antar mesin-mesin dalam sebuah internetwork.
4.WWW
www kepanjangan dari World Wide Web. www adalah suatu ruang informasi yang dipakai oleh pengenal global yang disebut Uniform Resource Identifier (URI) untuk mengidentifikasi sumber-sumber daya yang berguna.
5.Browser
Browser merupakan aplikasi / software yang digunakan untuk mengolah data yang ditransfer dari world wide web ke komputer dan menampilkannya secara visual agar mudah dimengerti user.
6.NFS
NFS kepanjangan dari network file system. NFS adalah sebuah protokol berbagi pakai berkas melalui jaringan.
7.SMTP
SMTP kepanjangan dari Simple Mail Transfer Protocol. SMTP adalah suatu protokol yang umum digunakan untuk pengiriman surat elektronik atau email di Internet.
8.SNMP
SNMP kepanjangan dari Simple Network Management Protocol. SNMP adalah sebuah protokol yang dirancang untuk memberikan kemampuan kepada pengguna untuk memantau dan mengatur jaringan komputernya secara sistematis dari jarak jauh atau dalam satu pusat kontrol saja.

Contoh Presentasi (Layer 6)
1.JPEG
JPEG kepanjangan dari Joint Photographic Group Experts. JPEG adalah Format file yang memuat data berupa gambar. Gambar JPEG terkompresi secara lossy, sehingga kualitas gambar diturunkan untuk mendapatkan ukuran file yang kecil.
2.ASCII
ASCII kepanjangan dari American Standard Code For Information Interchange. ASCII adalah kode standar yang digunakan dalam pertukaran informasi pada Komputer.
3.TIFF
TIFF kepanjangan dari Tagged Image File Format. TIFF adalah salah satu format untuk menyimpan gambar, termasuk fotografi dan line art.
4.GIF
GIF kepanjangan dari Graphics Interchange Format. GIF adalah sebuah format yang sering digunakan dalam dunia web maupun dalam dunia citra digital. Format ini sering digunakan karena ukurannya yang relati kecil dan juga banyaknya software editor gambar yang telah mendukung citra ini.
5.MPEG
MPEG kepanjangan dari Moving Picture Experts Group. MPEG adalah standar untuk kompresi audio dan video dan transmisi.
6.MIDI
MIDI kepanjangan dari Musical Instrument Digital Interface. MIDi adalah standar perangkat keras dan perangkat lunak internasional untuk bertukar data seperti kode musik dan MIDI Event diantara perangkat musik elektronik dan komputer dari merek yang berbeda.

Contoh Sesi (Layer 5)
1.RPC
RPC kepanjangan dari Remote Procedure Calls. RPC adalah suatu protokol yang menyediakan suatu mekanisme komunikasi antar proses yang mengijinkan suatu program untuk berjalan pada suatu komputer tanpa terasa adanya eksekusi kode pada sistem yang jauh ( remote system ).
2.SQL
SQL kepanjangan dari Structured Query Language. SQL adalah bahasa yang dirancang khusus untuk komunikasi dengan database. Bahasa SQL sengaja di rancang untuk melakukan hal secara sederhana dan efisien untuk membaca dan menulis data dari suatu database.
3.SCP
SCP kepanjangan dari Statistical Process Control. SCP adalah bagan visual untuk memberi gambaran proses yang sedang berjalan, untuk mengetahui apakah proses berada didalam batas-batas yang telah ditetapkan sebelumnya atau tidak.

Contoh Transport (Layer 4)
1.TPC
TPC kepanjangan dari Transmission Control Protocol/Internet Protocol. TPC adalah standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan Internet.
2.UDP
UDP kepanjangan dari User Datagram Protocol. UDP adalah salah satu protokol lapisan transpor TCP/IP yang mendukung komunikasi yang tidak andal (unreliable), tanpa koneksi (connectionless) antara host-host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP.
3.IPX/SPX
IPX/SPX kepanjangan dari Internetwork Packet Exchange/Sequenced Packet Exchange . SPX adalah protokol yang diimplementasikan dalam jaringan Novell Netware. IPX bertanggung jawab untuk routing dan pengiriman paket. Sementara SPX menciptakan hubungan dan menyediakan acknowledgement dari pengiriman paket tersebut.

Himpunan


BAB I
Himpunan

3.1 Dasar-Dasar Teori Himpunan
·      Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda.
·      Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.

3.1.1 Cara Penyajian Himpunan

1. Enumerasi
Contoh 3.1
-  Himpunan empat bilangan asli pertama: A = {1, 2, 3, 4}.     
-  Himpunan lima bilangan genap positif pertama: B = {4, 6, 8, 10}.            
C = {kucing, a, Amir, 10, paku}
R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
C  = {a, {a}, {{a}} }
K  = { {} }                                                                                                              
-  Himpunan 100 buah bilangan asli pertama: {1, 2, ..., 100 }             
-  Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.                                                  
Keanggotaan
x Î A : x merupakan anggota himpunan A;
x Ï A : x bukan merupakan anggota himpunan A.

Contoh 3.2
Misalkan: A = {1, 2, 3, 4},  R  = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
       K  = {{}}
maka
  A
  A
{a, b, c} Î R
            c Ï R  
                  {} Î K
                  {} Ï R                                                                                                            

Contoh 3.3 Bila P1 = {a, b}, P2 = { {a, b} }, P3 = {{{a, b}}}, maka
                  a Î P1
            a Ï P2
                        P1 Î P2
            P1 Ï P3
                        P2 Î P3                                                                                                                       

2. Simbol-simbol Baku
P =  himpunan bilangan bulat positif  =  { 1, 2, 3, ... }
N =  himpunan bilangan alami (natural)  =  { 1, 2, ... }
Z =  himpunan bilangan bulat  =  { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q =  himpunan bilangan rasional
R =  himpunan bilangan riil
C =  himpunan bilangan kompleks

·         Himpunan yang universal: semesta, disimbolkan dengan U.
Contoh: Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A adalah himpunan bagian dari U, dengan A = {1, 3, 5}.

3.   Notasi Pembentuk Himpunan
Notasi: { x ú syarat yang harus dipenuhi oleh x }      

Contoh 3.4
(i)  A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5
       A = { x | x  adalah bilangan bulat positif lebih kecil dari  5}
 atau
 A  =  { x | P, x < 5 } 
     yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4}
(ii)  M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah matematika diskrit}                   

4. Diagram Venn
Contoh 3.5
Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.
Diagram Venn:

Gambar 3.1

3.1.2 Kardinalitas

·           Jumlah elemen di dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
·           Notasi: n(A) atau êA ê

Contoh 3.6
(i)   B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 },
          atau B = {1, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19} maka ½B½ = 8
(ii)  T = {kucing, a, Amir, 10, paku}, maka ½T½ = 5
(iii)  A = {a, {a}, {{a}} }, maka ½A½ = 3                                                                                                                  

3.1.3 Himpunan Kosong

·           Himpunan dengan kardinal = 0 disebut himpunan kosong (null set).
·           Notasi : Æ atau {}

Contoh 3.7
(i)   E = { x | x < x }, maka n(E) = 0
(ii)  P = { orang Indonesia yang pernah ke bulan }, maka n(P) = 0
(iii) A = {x | x adalah akar persamaan kuadrat x2 + 1 = 0 }, n(A) = 0            
·           himpunan {{ }} dapat juga ditulis sebagai {Æ}
·           himpunan {{ }, {{ }}} dapat juga ditulis sebagai {Æ, {Æ}}
·           {Æ} bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen yaitu himpunan kosong.

3.1.4 Himpunan Bagian (Subset)

·           Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B.
·           Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
·           Notasi: A  Í B
·           Diagram Venn :
Gambar 3.2


Contoh 3.8
(i)  { 1, 2, 3} Í {1, 2, 3, 4, 5}
(ii) {1, 2, 3} Í {1, 2, 3}         
(iii) N Z R C
(iv) Jika A = { (x, y) | x + y < 4, x  ³ 0, y  ³ 0 } dan
       B = { (x, y) | 2x + y < 4,  x  ³ 0 dan y  ³ 0 },  maka B A.                    

TEOREMA 1. Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal sebagai berikut:
(a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A A).
(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( A).
(c) Jika A Í B dan B Í C, maka A Í C
                       
·      A dan A A, maka dan A disebut himpunan bagian tak sebenarnya (improper subset) dari himpunan A.
Contoh : A = {1, 2, 3}, maka {1, 2, 3} dan Æ adalah improper subset dari A.
·      A Í B berbeda dengan A Ì B
(i)            A Ì B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A ¹ B.
       A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.
 Contoh : {1} dan {2, 3} adalah  proper subset dari {1, 2, 3}
(ii) A Í B : digunakan untuk menyatakan bahwa A adalah  himpunan bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B.

3.1.5 Himpunan yang Sama

·           A = B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.
·           A = B jika A adalah himpunan bagian dari B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika tidak demikian, maka A ¹ B.
·           Notasi : A = B  «  A Í B dan B Í A

Contoh 3.9
(i)   Jika A = { 0, 1 } dan B = { x | x (x – 1) = 0 }, maka A = B
(ii)  Jika A = { 3, 5, 8 } dan B = {5, 3, 8 }, maka A = B
(iii) Jika A = { 3, 5, 8 } dan B = {3, 8}, maka A ¹ B                                                  
Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C    
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C

 

3.1.6 Himpunan yang Ekivalen

·           Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua himpunan tersebut sama.
·           Notasi : A ~ B  « ½A½ = ½B½

Contoh 3.10
Misalkan A = { 1, 3, 5, 7 } dan B = { a, b, c, d }, maka A ~ B sebab ½A½ = ½B½ = 4                     

 

3.1.7 Himpunan Saling Lepas

·           Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki elemen yang sama.
·           Notasi : A // B
·           Diagram Venn:
Gambar 3.3

Contoh 3.11
Jika A = { x | x P, x < 8 } dan B = { 10, 20, 30, ... }, maka A // B.                       

 

3.1.8 Himpunan Kuasa

·           Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A sendiri.                         
·           Notasi : P(A) atau 2A
·           Jika ½A½ = m, maka ½P(A)½ = 2m.

Contoh 3.12
Jika A = { 1, 2 }, maka P(A) = { , { 1 }, { 2 }, { 1, 2 }}                                        

Contoh 3.13
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P(Æ) = {Æ}, dan himpunan kuasa dari himpunan {Æ} adalah P({Æ}) = {Æ, {Æ}}.                                                                                      

3.2 Operasi Terhadap Himpunan

a. Irisan (intersection)

·         Notasi : A Ç B = { x | x Î A dan x Î B }



Gambar 3.4
Contoh 3.14
(i)        Jika A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {4, 10, 14, 18},
  maka A Ç B = {4, 10}
(ii) Jika A = { 3, 5, 9 } dan B = { -2, 6 }, maka A B = .
 Artinya:  A // B                            

b.  Gabungan (union)

·         Notasi : A È B = { x | x Î A atau x Î B }



 Gambar 3.5

Contoh 3.15
(i)  Jika A = { 2, 5, 8 } dan B = { 7, 5, 22 }, maka A B = { 2, 5, 7, 8, 22 }
(ii) A = A                                                                                                          

c.  Komplemen (complement)

·         Notasi :  = { x | x Î U, x Ï A }




Gambar 3.6

Contoh 3.16
Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 9 },
(i)                 jika A = {1, 3, 7, 9}, maka  = {2, 4, 6, 8}
(ii)               jika A = { x | x/2 P, x < 9 }, maka = { 1, 3, 5, 7, 9 }                                      

Contoh 3.17  Misalkan:
A = himpunan semua mobil buatan dalam negeri
B = himpunan semua mobil impor
C = himpunan semua mobil yang dibuat sebelum tahun 1990
D = himpunan semua mobil yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta
E = himpunan semua mobil milik mahasiswa universitas tertentu
(i)       “mobil mahasiswa di universitas ini produksi dalam negeri atau diimpor dari luar negeri” à (E Ç A) È (E Ç B) atau E Ç (A È B)
(ii)     “semua mobil produksi dalam negeri yang dibuat sebelum tahun 1990 yang nilai jualnya kurang dari Rp 100 juta” à A Ç C Ç D
(iii)   “semua mobil impor buatan setelah tahun 1990 mempunyai nilai jual lebih dari Rp 100 juta” à                                             

d. Selisih (difference)

·         Notasi : AB = { x | x Î A dan x Ï B } =  A Ç



Gambar 3.7
Contoh 3.18  
(i)   Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 4, 6, 8, 10 }, maka AB = { 1, 3, 5, 7, 9 } dan BA =
(ii)  {1, 3, 5} – {1, 2, 3} = {5}, tetapi {1, 2, 3} – {1, 3, 5} = {2}

e.  Beda Setangkup (Symmetric Difference)

·         Notasi: A Å B = (A È B) – (A Ç B) = (AB) È (BA)

Contoh 3.19
Jika A = { 2, 4, 6 } dan B = { 2, 3, 5 }, maka A B = { 3, 4, 5, 6 }
 
Contoh 3.20  Misalkan
U = himpunan mahasiswa
P = himpunan mahasiswa yang nilai ujian UTS di atas 80
Q = himpunan mahasiswa yang nilain ujian UAS di atas 80
Seorang mahasiswa mendapat nilai A jika nilai UTS dan nilai UAS keduanya di atas 80, mendapat nilai B jika salah satu ujian di atas 80, dan mendapat nilai C jika kedua ujian di bawah 80.
(i)        “Semua mahasiswa yang mendapat nilai A” : P Ç Q
(ii)      “Semua mahasiswa yang mendapat nilai B” : P Å Q
(iii)        “Semua mahasiswa yang mendapat nilai C” : U – (P È Q)         
   

TEOREMA 2.  Beda setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:

            (a) A Å B = B Å A                                       (hukum komutatif)
            (b) (A Å B )  Å C = A Å (B Å C )               (hukum asosiatif)

 

f.  Perkalian Kartesian (cartesian product)

·         Notasi: A ´ B = {(a, b) ½ a Î A dan b Î B }

Contoh 3.21
(i)   Misalkan C = { 1, 2, 3 },  dan D = { a, b }, maka
      C
´ D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }
(ii)  Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka
 A
´ B = himpunan semua titik di bidang datar
Catatan :
1.      Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: ½A ´ B½ = ½A½ . ½B½.
2.      Pasangan berurutan (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b) ¹ (b, a).
3.      Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A ´ B ¹ B ´ A  dengan syarat A atau B tidak kosong.
Pada Contoh 20(i) di atas, D ´ C = {(a, 1), (a, 2), (a, 3), (b, 1), (b, 2), (b, 3) } ¹ C ´ D.
4.    Jika A = Æ atau B = Æ, maka A ´ B = B ´ AÆ

 

Contoh 3.22  Misalkan

A = himpunan makanan = { s = soto, g = gado-gado, n = nasi goreng, m = mie rebus }

 B = himpunan minuman = { c = coca-cola, t = teh, d = es dawet }
Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat disusun dari kedua himpunan di atas ?
Penyelesaian :
½A ´ B½ = ½A½×½B½ = 4 × 3 = 12 kombinasi dan minuman, yaitu {(s, c), (s, t), (s, d), (g, c), (g, t), (g, d), (n, c), (n, t), (n, d), (m, c), (m, t), (m, d)}.                                                                                        
Contoh 3.23 Daftarkan semua anggota himpunan berikut:
(a) P(Æ)     (b) Æ ´ P(Æ)   (c) {Æ}´ P(Æ)           
Penyelesaian :
(a)    P(Æ) = {Æ}
(b)   Æ ´ P(Æ) = Æ   (ket: jika A = Æ atau B = Æ maka A ´ B = Æ)
(c)    {Æ}´ P(Æ) = {Æ}´ {Æ} = {(Æ,Æ))
           

3.3 Hukum-hukum Himpunan

1.   Hukum identitas:
    A = A
    A U = A

2.   Hukum null/dominasi:
    A =
    A U = U

3.   Hukum komplemen:
    A  = U
    A  =
4.   Hukum idempoten:
    A A = A
    A A = A

5.   Hukum involusi:
    = A

6.   Hukum penyerapan (absorpsi):
    A (A B) = A
    A (A B) = A
7.   Hukum komutatif:
    A B = B A
    A B = B A

8.   Hukum asosiatif:
    A (B C) = (A B) C
    A (B C) = (A B) C

9.   Hukum distributif:
    A (B C) = (A B) (A C)
    A (B C) = (A B) (A C)

10. Hukum De Morgan:
     =
     =
11.  Hukum 0/1
     = U
     = Æ

3.4 Prinsip Dualitas
·         Prinsip dualitas: dua konsep yang berbeda dapat dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.
Contoh: AS à kemudi mobil di kiri depan
            Inggris (juga Indonesia) à kemudi mobil di kanan depan
Peraturan:
            (a) di Amerika Serikat,
                        -   mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,           
-          pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,
-          bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung
(b) di Inggris,
-          mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
-          pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului,
-          bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung
Prinsip dualitas:
Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut sehingga peraturan yang berlaku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Inggris.
·         (Prinsip Dualitas pada Himpunan). Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti , , dan komplemen. Jika S* diperoleh dari S dengan mengganti  ® ® ® U, U ® , sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka kesamaan S* juga benar dan disebut dual dari kesamaan S.

1.   Hukum identitas:
   A = A

Dualnya:
A U  = A
2.   Hukum null/dominasi:
   A =

Dualnya:
A U = U

3.   Hukum komplemen:
    A  = U

Dualnya:
A =

4.   Hukum idempoten:
    A A = A

Dualnya:
A A = A

5.   Hukum penyerapan:
    A (A B) = A          

Dualnya:
       A (A B) = A
6.   Hukum komutatif:
    A B = B A 

Dualnya:
       A B = B A
7.   Hukum asosiatif:
 A (B C) = (A B) C

Dualnya:
 A (B C) = (A B) C

8.   Hukum distributif:
A (B C)=(A B) (A C)

Dualnya:
 A (B C) = (A B) (A C)
9.   Hukum De Morgan:
     =  
     
Dualnya:
        =  
10.  Hukum 0/1
    = U
     
Dualnya:
        = Æ
Contoh 3.24 Dual dari (A B) (A ) = A adalah
        (A B) (A ) = A.

3.5 Partisi
  • Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1, A2, … dari A sedemikian sehingga:
(a)                A1 È A2 È … = A, dan
(b)               Ai Ç Aj = Æ untuk i ¹ j  

Contoh 3.25 Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8}, maka { {1}, {2, 3, 4}, {7, 8}, {5, 6} } adalah partisi A

 

3.6 Himpunan Ganda

  • Himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus berbeda) disebut himpunan ganda (multiset).
Contohnya, {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2}, {2, 3, 4}, {}.
  • Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah jumlah kemunculan elemen tersebut pada himpunan ganda.  Contoh: M = { 0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1 }, multiplisitas 0 adalah 4.
  • Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini multiplisitas dari setiap elemennya adalah 0 atau 1.
  • Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan padanannya (ekivalen), dengan mengasumsikan elemen-elemen di dalam multiset semua berbeda.

 

3.7 Operasi Antara Dua Buah Multiset

Misalkan P dan Q adalah multiset:
1.      P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas maksimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
     Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c },
 P Q = { a, a, a, bc, c, d, d }
2.      P Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas minimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
     Contoh: P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c }
 P Q = { a, a, c }
3.  P – Q adalah suatu  multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan:
   multiplisitas elemen tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya pada Q, jika selisihnya positif
          0, jika selisihnya nol atau negatif.
     Contoh: P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan Q = {  a, a, b, b, b, c,
                   c, d, d, f } maka PQ  = { a, e }
4.      P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda, adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan penjumlahan dari multiplisitas elemen tersebut pada P dan Q.
     Contoh: P = { a, a, b, c, c } dan Q = { a, b, b, d },
                  P + Q = { a, a, a, b, b, b, c, c, d }

3.8 Pembuktian Pernyataan Perihal Himpunan
·         Pernyataan himpunan adalah argumen yang menggunakan notasi himpunan.
·         Pernyataan dapat berupa:
1.      Kesamaan (identity)
Contoh: Buktikan “A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C)”
2.      Implikasi
Contoh: Buktikan bahwa “Jika A Ç B = Æ dan A Í (B È C) maka selalu berlaku bahwa A Í C”.

1. Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn
Contoh 3.26 Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C) dengan diagram Venn.







Bukti:
                          A Ç (B È C)                                                                          (A Ç B) È (A Ç C)     
Gambar 3.8
Kedua diagram Venn memberikan area arsiran yang sama.
Terbukti bahwa A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C).       
           
·         Diagram Venn hanya dapat digunakan jika himpunan yang digambarkan tidak banyak jumlahnya.
·         Metode ini mengilustrasikan ketimbang membuktikan fakta. Diagram Venn  tidak dianggap sebagai metode yang valid untuk pembuktian secara formal. 

2. Pembuktikan dengan menggunakan tabel keanggotaan
Contoh 3.27 Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan bahwa A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C). 
Bukti:
Tabel 3.1
A
B
C
B È C
A Ç (B È C)
A Ç B
A Ç C
(A Ç B) È (A Ç C)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Karena kolom A Ç (B È C) dan kolom (A Ç B) È (A Ç C) sama, maka A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C). 

3. Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan.
Contoh 3.28 Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa (A Ç B) È (A Ç ) = A
Bukti:
(A Ç B) È (A Ç )  = A Ç (B È )            (Hukum distributif)
                             = A Ç U                 (Hukum komplemen)
                             = A                         (Hukum identitas)                                         
           
Contoh 3.29  Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa A È (BA) = A È B
Bukti:
            A È (BA)  = A È (B Ç )  (Definisi operasi selisih)
                               = (A È B) Ç (A È )      (Hukum distributif)
                               = (A È B) Ç U                 (Hukum komplemen)
                               = A È B                            (Hukum identitas)                         

Contoh 3.30  Buktikan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, bahwa
         (i)  A È (Ç B) = A È B    dan
(ii)  A Ç (È B) = A Ç B
Bukti:
(i)         A È ( Ç B)  = ( A È ) Ç (A Ç B)           (H. distributif)
                                         =  U Ç  (A Ç B)                 (H. komplemen)
                                         =  A È B                             (H. identitas)              

(ii)        adalah dual dari (i)
A Ç ( È B)  = (A Ç ) È  (A Ç B)           (H. distributif)
                                         = Æ  È  (A Ç B)                 (H. komplemen)
                                        =  A Ç B                              (H. identitas)              



4. Pembuktian dengan menggunakan definisi 
·         Metode ini digunakan untuk membuktikan pernyataan himpunan yang tidak berbentuk kesamaan, tetapi pernyataan yang berbentuk implikasi. Biasanya di dalam implikasi tersebut terdapat notasi himpunan bagian (Í atau Ì).

Contoh 3.31  Misalkan A dan B himpunan. Jika A Ç B = Æ dan A Í (B È C) maka A Í C. Buktikan!
Bukti:
(i)       Dari definisi himpunan bagian, P Í Q jika dan hanya jika setiap x Î P juga Î Q. Misalkan x Î A. Karena A Í (B È C), maka dari definisi himpunan bagian, x juga Î (B È C).
Dari definisi operasi gabungan (È), x Î (B È C) berarti x Î B atau x Î C.
(ii)  Karena x Î A dan A Ç B = Æ, maka x Ï B

Dari (i) dan (ii), x Î C harus benar. Karena "x Î A juga berlaku x Î C, maka dapat disimpulkan A Í C