Halaman

jika dengan bermimpi aku dapat bertemu kamu tolong jangan pernah bangunkan aku dari tidur yang panjang

Senin, 27 Februari 2012

Kulit Apel


“khila !!!” suara mama ku terdengar keras sekali,
“dari tadi mama lihat kamu tak henti-hentinya bolak balik sana sini seperti setrika” kata mamaku lagi
 “aduh ma ini sudah sore tapi naufal belum sampai juga aku khawatir terjadi sesuatu padanya” sahutku.
Entah sejak kapan mama memperhatikan tingkah ku ini.Aku memang sedang menunggu sesorang,seseorang yang sangat special di hatiku.Aku cemas karena handphone nya tidak aktif,seharusnya dia sudah sampai sejak tadi.Tentu saja aku begitu khawatir takut terjadi sesuatu padanya.
Ting tong..ting tong..tak lama kemudian bel rumah ku berbunyi dua kali aku segera berlari ke depan dan membuka pintu.Kegelisahanku yang sedari tadi kini lenyap ketika melihat wajahnya.Bagaimana tidak,sudah hampir dua bulan kami tidak bertemu semenjak naufal memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar kota.Awalnya aku keberatan tapi tak ada gunanya melarang dia toh dia tetap pergi untuk mengejar cita-citanya.Dan setiap satu bulan sekali dia menyempatkan diri datang ke Banjarmasin untuk menemuiku dan keluarganya.Kadang kalau ada kesempatan aku juga sering datang menemuinya ke Samarinda sekalian mampir ke rumah saudaraku yang ada di sana.
Dia pernah bilang kepadaku “aku akan datang kepadamu saat aku benar-benar menjadi sesorang yang hebat “ begitulah kata-katanya setahun silam.
Saat itu aku bahkan seperti anak ayam yang tak ingin pisah dari induknya,maklum kami sudah menjalin hubungan selama 5 tahun sejak aku duduk di bangku SMA.Walaupun umur ku lebih tua 2 tahun dari dia tapi kami tak mempermasalahkan hal tersebut,bahkan terkadang dia bisa lebih dewasa di banding aku.
 ”Mimi i love you” suaranya membuyarkan lamunanku.
” love you to pipi” aku membalasnya kemudian mencium kedua pipinya.
 ”ayo masuk pi dari tadi aku sudah menunggumu sampai lumutan” kataku padanya.
 “iya iya ma’af mi tadi pipi terjebak macet” katanya.
Mimi dan pipi itulah panggilan sayang bagi kami berdua,aku tak suka dengan kata sayang,cinta,beby,honey atau apalah semacamnya menurutku itu terlalu berlebihan.
“senyum dong mi jangan cemberut gitu,jelek mi” aku pun terpaksa senyum
“nah gitu dong kan cantik banget” katanya memujiku sambil mengacak-acak rambutku.
Mendengar kata-katanya aku hanya bisa cengengesan.Dia paling pintar dalam urusan merayuku.
Kami berdua duduk di sofa ruang tamu rumah ku.Akhirnya aku bisa menatapnya lagi.
“Bagaimana kuliahnya? Jangan bilang kalau kamu masih sering bolos seperti dulu” tanyaku pada naufal
 “aduh mimi masa sampai sekarang aku masih di samakan seperti dulu sih,itu zaman SMA dulu mi sekarang aku tak mau seperti itu lagi.Aku berusaha belajar sungguh-sungguh,coba tebak nilai ujianku semester ini” katanya padaku.
”ehmmm...mungkin C ??”jawabku asal
“salah !!” sahutnya
“B ????” aku mencoba menebak lagi
 “salah lagi weeee,yang benar B+” katanya sambil tertawa.
Aku jadi kesal sendiri dia selalu mempermasalhkan hal-hal sepele seperti itu,contohnya seperti tadi apa susahnya sih tinggal tinggal tambahkan + toh tebakanku tidak salah.Pernah kami bertengkar sampai Tante Ana tertawa cekikikan melihat ulah kami,waktu itu weekend dan kami pergi ke tempat Tante Ana adik ayahnya naufal.Sampai di sana Tante Ana menawari kami buah apel,masalahnya sepele cuma gara-gara aku tidak mengupas kulit apel itu.Naufal bersikeras kalau kulit apel itu harus di kupas karena kulit itu harus di buang yang di makan hanya dalamnya saja.Tentu saja aku tidak mau,aku pernah dengar kalau kulit apel itu juga bergizi jadi sebaiknya memakan apel dengan kulitnya biar tidak mengurangi vitaminnya.Tapi dia tetap bersikeras pokoknya tidak mau.
”dasar anak kecil kamu itu tidak pernah mau mendengarkan kata-kata ku!!” kataku kesal.
“memang aku masih kecil,daripada kamu udah tua asal bicara”
 Tentu saja aku marah dengan kata-katanya seperti itu.Bayangkan saja gara-gara kulit apel apel kami jadi bertengkar dan dia mengancam ku tidak akan mengantar pulang kalau kulit apel itu tidak di kupas.Masa iya sih hanya gara-gara itu,menurutku pikirannya memang terlalu kekanak-kanakan dan sifat egoisnya itu saangat berlebihan.Aku selalu di bilang salah dan dia selalu benar kalau sudah begitu biasanya aku yang ngambek.Tapi kami tak pernah bertengkar lama-lama paling hari itu juga baikan lagi,biasanya dia minta maaf kepadaku dan menyogokku dengan es krim supaya aku mau memafkannya.Dia tahu benar kalau aku menyukai es krim.Aku rasa itu saat-saat paling romantis,setelah bertengkar dan baikan menurutku hubungan kami jadi bertambah segar karena serasa seperti baru jadian dulu.Pertengkaran itu aku anggap hanya sebagai bumbu-bumbu dalam perjalan cinta kami alhamdulillah sejauh ini kami masih bisa melalui itu semua.
“mi..pipi boleh tanya sesuatu?” wajah naufal terlihat serius tidak seperti biasanya,
“tanya apa pi?” kataku penasaran.
Naufal memegang tanganku dan menatap mataku saat itu pandangan kami saling beradu.Ada suatu kesejukkan saat aku memandang matanya.Mata yang membuat aku jatuh cinta,mata yang begitu lembut, mata yang memancarkan cinta yang selama ini membuat hari-hariku bahagia,mata yang bisa membuatku tersenyum,mata yang bisa membuatku menangis.
“mimi benar-benar tulus mencintai pipi?” pertanyaan itu membuatku terkejut.Bisa-bisanya Naufal bertanya seperti itu apa dia belum percaya denganku selama ini atau mungkin dia menaruh curiga padaku.Pikiranku mulai tidak karuan.Tangan Naufal makin erat memegang tangan ku,tangan itu begitu dingin matanya yang tadi bercahaya kini ku lihat semakin sayu.
“pipi nanya apa sih..tentu saja mimi benar-benar tulus.Mimi yakin pipi adalah orang yang terbaik untuk mimi.Semenjak bersama pipi,mimi merasa bahagia pipi dapat mengubah air mata mimi menjadi sebuah senyuman.Pipi begitu berharga di hidup mimi saat ini dan sampai kapanpun” kataku padanya.Seketika aku melihat dia tersenyum mendengar kata-kata ku demikian.
“pipi tahu mimi akan mengatakan itu,pipi hanya takut cinta yang dulu bersemi mulai pudar di hati mimi” katanya pelan,
“maaf kalau selama ini pipi sering membuat mimi kesal,maaf kalau selama ini pipi sering membuat mimi menangis.Pipi benar-benar menyesal,maaf kalau kemaren pipi bersikeras untuk kuliah di luar kota.Pipi sudah membuat mimi sedih dengan keputusan itu,gara-gara pipi kita makin jarang bertemu.Mimi tahu,pipi bahkan lebih menderita daripada mimi tiap malam pipi selalu merindukan mimi”
kata-kata itu membuat aku terpana,aku tak menyangka Naufal yang ku kenal selama ini mampu berkata demikian.Aku memeluknya erat,
“tidak apa-apa pi,mimi mengerti” aku tak dapat berkata apa-apa lagi.
Willy mengeluarkan sesuatu dari saku celananya,sebuah kotak kecil berwarna pink.Dia membuka kotak itu dan menunjukkannya padaku.Aku begitu terkejut melihat isinya.Sebuah liontin berbentuk hati,liontin itu bisa di buka di dalamnya terukir nama kami berdua,Naufal Khila
“mimi suka?” tanyanya padaku.
“tentu saja” jawabku.
Dia mengambil liontin itu dan memakaikannya di leherku.Sungguh indah liontin itu.Aku sangat bersyukur memiliki kekasih seperti Naufal.
“pipi memesan liontin ini di tempat teman pipi.Sebenarnya pipi mau memberikan ini saat ulang tahun mimi nanti,tapi rencana itu pipi batalkan.Pipi menyuruh teman pipi untuk cepat-cepat membuatkan ini.Pipi takut tak akan pernah bisa memberikannya lagi nanti” katanya serius.
“makasih pi,mimi senang liontin ini sangat bagus mimi akan menyimpannya baik-baik” kataku lagi.
“pipi harap mimi tidak akan pernah melupakan pipi apa pun yang akan terjadi nanti” katanya padaku.
Aku merasa hari ini Naufal begitu aneh lain dari biasanya,apa mungkin ini hanya perasaan ku saja.Entahlah aku tak tahu pasti yang jelas hari ini aku begitu bahagia.Bagaimana bisa aku melupakan ini semua apalagi melupakan Naufal,dia begitu sempurna di mataku.Dia sudah menjadi darah di tubuhku,hatiku sudah terkunci dan hanya dia yang tinggal di sana.
Aku jadi teringat dulu waktu bulan pertama kami pacaran,awalnya aku hanya ingin main-main tapi entah kenapa lama-kelamaan aku benar-benar jatuh cinta padanya dan tak bisa berpisah walau sedetikpun.Semenjak itu aku yakin bahwa dia adalah cinta sejatiku.Aku yakin dia juga merasakan hal yang sama denganku.Kami saling percaya mungkin itulah yang menyebabkan hubungan kami bisa awet.Kami bahkan pernah memenangkan lomba ‘best couple’ di acara valentine kampus ku tahun lalu.Kata teman-temanku kami adalah pasangan yang sangat cocok,tak heran saat kami bertengkar dan hampir putus banyak yang menyayangkan hal itu.Tapi toh kami tak pernah benar-benar putus,karena kami memang sadar bahwa kami membutuhkan satu sama lainnya dan kami tidak bisa terpisahkan.
“tunggu sebentar pi,ada yang mau ku ambil” aku langsung pergi ke kamar dan mengambil sesuatu.Tidak lama kemudian aku kembali lagi ke ruang tamu.
“pipi ingat ini?” tanyaku padanya
Naufal terkejut saat aku memegang benda itu.Dulu saat sweet seventeennya mantan Naufal yang bernama Karina memberikan sebuah jam tangan,entah kenapa sejak mendapat hadiah itu Naufal selalu memakainya.Awalnya aku tidak apa-apa mungkin karena dia ingin menghargai pemberian orang lain.Tapi lama-lama kau cemburu,maklum namanya juga pacar bagaimana tidak cemburu kalau kekasihnya selalu memakai hadiah yang diberikan mantan pacarnya.Gara-gara itu kami bertengkar,saat itu malam minggu dan kami jalan ke sebuah mall.Lagi-lagi dia memakai jam tangan itu,aku jadi ngambek dan bersikeras ingin pulang kalau dia tidak mau melepas jam tangan itu.Kalau di ingat-ingat saat itu memalukan sekali,setiap orang yang lewat dekat kami memperhatikan kami yang sedang bertengkar.Dia tetap tak mau melepaskannya alasannnya dia suka sekali dengan model itu.Aku benar-benar kesal dan pergi,dia menarik tangan ku tapi aku tepiskan beberapa kali hingga akhirnya dia mengalah dan melepaskan jam tangan itu.
“nih..mimi puas!!!???” aku tercekat mendengarnya,dia melempar jam itu ke lantai keras sekali hingga semua perhatian orang-orang tertuju pada kami.Jam itu pun pecah,aku tak berani berani lagi berkata apa-apa dia begitu marah.
“ayo pulang” katanya lagi,aku hanya diam saat dia menarik tangan ku hingga ke parkiran.Sepanjang perjalanan kami tak bicara apa-apa.Kami diam seribu bahasa,sungguh tersiksa malam itu.Beberapa lama kemudian akhirnya kami sampai di depan rumahku.
“makasih,maaf yang tadi” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku,aku kemudian membuka pintu mobil dan ingin turun tapi tanganya cepat menangkapku.Dia memelukku.
“pipi yang harusnya minta maaf,pipi sama sekali tidak mengerti perassan mimi.Pipi begitu egois,sungguh jam tangan itu tidak berarti apa-apa untuk pipi” katanya lirih.
Air mataku jatuh begitu saja tanpa dapat ku bendung lagi,aku tidak tahu kenapa aku menangis mungkin begitulah wanita.Perasaan ku benar-benar campur aduk saat itu.
“mi...pipi minta maaf,pipi tidak mau melihat mimi menangis,pipi menyesal mi” katanya lagi.
“tidak apa-apa pi,mimi yang seharusnya minta maaf,mimi terlalu cemburu ini semua gara-gara mimi” aku berkata sambil menangis.
Naufal nampak begitu terkejut ”apa ini mi??” ucapannya itu membuyarkan lamunanku.
            Bagaimana mungkin aku bisa melupakan kejadian itu,bahkan sampai sekarang aku masih menyesal.Hingga aku berinisiatif untuk mengganti jam tangan tersebut.Aku bahkan mengganti jam tangan itu sama persis.
“maaf kejadian waktu itu pi,ini mimi ganti jam tangan pipi yang pecah itu” kataku padanya.
Naufal mengambil jam itu dan memakainya.
“makasih mi,pipi suka” katanya.
“sekarang mimi tidak marah lagi kan kalau pipi memakai jam tangan” ketanya usil.
“ya iya lah,awas saja kalu jam tangan ini pipi lempar lagi” kataku mengancam.
Kami pun tertawa bersama-sama.Tak terasa hari sudah malam,kami memang tak pernah ingat waktu kalau sudah bicara berdua.Satu jam terasa seperti satu detik,bahkan kalau bisa aku ingin satu hari saat aku bersama Naufal di ganti menjadi seratus jam.
“mi..udah malam,pipi pulang dulu ya” katanya padaku.
Aku paling benci saat-saat seperti ini.Baru sebentar aku bertemu dengannya, baru sebentar aku memandang wajahnya, mendengar suaranya, menyentuh tangannya, dia sudah mau pulang.Waktu benar-benar begitu cepat tidak seperti saat pelajaran fisika di SMA dulu,satu jam serasa seribu tahun.Andai hal itu berlaku saat aku bersama bersama naufal.
Setelah Naufal berpamitan dengan mama aku mengantarnya ke depan.
“ingat mi..jaga liontin itu baik-baik dan jangan pernah lupakan pipi apapun yang akan terjadi nanti” katanya padaku,
setelah itu dia mencium keningku.Sesaat aku diam terpaku,darah di tubuhku seakan berhenti mengalir,jantungku seakan berhenti berdetak untuk sepersekian detik.Ku rasakan kecupannya yang begitu mesra,yang mampu membuat ku melayang.Tapi entah mengapa aku seperti mersakan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu apa ini.Sedari tadi aku berusaha menepis perasaan aneh ini.Aku yakin semua ini akan baik-baik saja.
“pipi pergi dulu mi,ingat jaga diri mimi baik-baik” kata-kata itu seakan terasa aneh di telingaku.Memangnya Naufal mau ke mana toh dia liburan di sini selama 2 minggu dan itu berarti kami bisa menghabiskan waktu bersama-sama selama dua minggu lagi.
“iya pi,hati-hati di jalan.Jangan ngebut !” kataku lagi aku mencium kedua pipinya.
“love you mimi” katanya sambil menyentuh pipiku,tangan itu bahkan lebih dingin dari tadi.
“love you to pipi” balasku.
Dia berjalan menuju jazz abu-abu kesayangannya,DA 4695 NW.Mobil itu dia beli atas kerja kerasnya sendiri dan plat mobil itu menunjukkan tanggal lahir dia sendiri.Aku sanggat bangga padanya,walaupun notabene orang tuanya kaya tetapi dia tidak mau sepenuhnya mengandalkan uang dari papanya.Dia lebih memilih untuk bekerja sampingan di sebuah bengkel khusus modifikasi,itu pun karena hobinya sejak SMP yang memang suka memodifikasi motor.Sekarang dia bahkan sudah mendirikan bengkel sendiri.Aku terus memandanginya mataku tak bisa lepas dari dia sampai akhirnya mobil itu menghilang di tikungan.Aku masih terpaku di depan rumah,perasaan aneh yang tadi muncul kini menyerang lagi.Aku berusaha menepis ini semua.Aku masuk ke dalam rumah.



Ku pandangi liontin yang ada di leherku,bentuknya begitu indah.Aku tak menyangka ternyata Naufal bisa berpikir untuk membuat ini untukku.Aku merasa sangat tersanjung.Ku rebahkan diriku di tempat tidur,aku ingin hari esok segera datang.Aku ingin bertemu dengan Naufal lagi,segudang daftar kegiatan yang akan ku lakukan bersamnya di liburan kali ini sudah menunggu kami.
“Khila !!!” beberapa saat kemudian terdengar teriakan mama dari luar.
“Khila ayo ke sini ada teman kamu!!!” kali ini teriakan itu lebih keras lagi.
“iya ma...sebentar” aku beranjak dari tempat tidur.Siapa sih malam-malam seperti ini mencariku kurang kerjaan banget gak tahu apa aku lagi asyik-asyiknya menghayal untuk besok.Aku sedikit menggerutu dalam hati,dengan terpaksa aku berjalan ke depan berharap bukan Tita, teman ku yang hobi meminjam tugasku dan menyalinnya.
            Aku terkejut sekali saat tahu bahwa Reza yang datang menemuiku.Reza adalah teman Naufal sekaligus mantan ku.Kami pernah menjalin hubungan sekitar 3 bulan namun setelah itu putus karena tidak ada lagi kecocokan di antara kami.Namun semenjak putus kami tetap menjalin hubungan baik,bahkan sampai sekarang kami masih bersahabat.
“Reza..ada apa malam-malam begini??” tanyaku padanya
Tidak biasanya Reza datang ke rumahku secara tiba-tiba,biasanya dia menelpon ku terlebih dulu atau paling tidak mengirim sms.Wajah Reza terlihat murung,dia tak seperti biasanya saat bertemu aku.Reza yang ceria dan penuh semangat.Mungkin dia sedang ada masalah atau apa aku tak tahu.
“Aduh di..baru saja Naufal pulang.Coba kamu ke sini tadi sore” kataku lagi.
Mendengar kata-kataku Reza terkejut.
“Kamu bicara apa la? Aku ke sini untuk mengabari kamu kalau tadi siang Naufal kecelakaan dan meninggal di tempat.Sekarang jenazahnya masih dalam perjalanan menuju Banjarmasin”
            Oh Tuhan..apa yang Reza katakan barusan,lalu siapa yang datang ke rumahku sore tadi ? Ku harap telingaku ini salah dengar atau mulut Reza yang salah mengucapkan kalimat-kalimat itu.Kata-kata Reza barusan bagai petir di siang bolong.Ku mohon ulangi sekali lagi kalimat itu,ulangi,ulangi ku mohon.Batin ku terus bergejolak,Ini tak mungkin terjadi,ini tidak boleh terjadi pada Naufal.Tuhan apa ini,cobaan macam apa yang kau berikan padaku.Apa Dosa yang telah ku perbuat hingga begitu sulit ku terima semua ini.Tubuhku  lemah,kepalaku terasa sangat berat,jari-jari ku seakan membeku,mulutku diam membisu,hanya air mata ini yang terus menetes tanpa henti.Aku sudah tak tahan lagi,aku benar-benar tak mampu lagi.Ku biarkan tubuh ini meyentuh lantai,ada semcam suara teriakan entah itu suara siapa aku terlalu lelah untuk berpikir terlalu lelah untuk berdiri.Kemudian semuanya menjadi gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar